Senin, 31 Agustus 2015

CERITA SEX | DI PERKOSA NYA AKU OLEH 7 PERAMPOK


Nurul adalah seorang gadis cantik yang sangat terkenal di kota Surabaya,ia tercatat sebagai mahasiswi angkatan 2003 di jurusan ekonomi universitas swasta yang terkenal. Ia benar-benar cantik dibalik jilbabnya, kulitnya yang putih mulus dan dandanannya yang selalu tertutup membuatnya tampak anggun. Banyak sekali sebenarnya lelaki yang naksir kepadanya, hanya saja jarang yang berani maju mendekatinya. Maklum saja selain ia berjilbab, ia juga cantik dan pintar.
Suatu hari, orang tua Nurul pergi ke luar kota, Sehingga saat itu, ia hanya sendirian di rumahnya yang besar. Iahanya ditemani oleh 2 orang pembantunya. Ketiga saudaranya kebetulan juga sedang pergi.Hari telah malam, Nurul masih membuka-buka buku kuliahnya. Ketika Nurul sedang asyik membaca, ia mendengar bel berbunyi, tetapi ia tidak mempedulikannya “Hmm, siapa ya malam-malam? Ah mungkin si Dede pulang, biar saja pembantu yang membukakan..”pikir Nurul dalam hati. Tidak lama kemudian Nurul terkejut mendengar suara ribut-ribut di ruang tengah seperti ada orang yang sedang berkelahi. Ia segera beranjak dari tempat tidurnya dan bergegas keluar dari kamar untuk melihat apa yang terjadi. Alangkah kagetnya Nurul saat ia membuka pintu kamarnya, ia melihat segerombolan lelaki tak dikenal sedang mengobrak-abrik ruangan tengah rumahnya sembari berteriak-teriak, mereka semua terlihat membawa samurai panjang yang terhunus.
Melihat itu Nurul mencoba masuk kembali kedalam kamarnya, tetapi terlambat seorang rampok segera menangkap Nurul dan membekapnya dari belakang “Mau kemana Kamu!Jangan macam-macam ya!!Nanti saya bunuh kamu…!!!” Bentak rampok itu. Nurul mencoba meronta dan berteriak minta tolong “Tolooong…toolooong…garooong..garooo..” Ternikmat.com PLAAAKK!! Tiba-tiba belum selesai ia berteriak, sebuah tamparan keras mendarat dipipinya yang mulus. “DIAM KAMU!! Atau saya gorok leher kamu!”Mendengar itu Nurul terdiam ketakutan.
Rampok itu segera mengikat tangan Nurul dengan seutas tali dan didudukannya Nurul dilantai dekat kamarnya. Para rampok itu segera sibuk menjarah segala yang berharga di rumah tersebut, mereka masuk kedalam kamar orang tuanya dan menjarah Handphone, jam tangan , perhiasan, dan sejumlah uang. Setelah beberapa saat, seorang rampok berteriak, “Mana harta yang laen? koq Cuma segini, masak rumah sebesar ini duitnya Cuma secuil?? Hei Non,mana uang yang laen?” Nampaknya mereka tidak puas dengan hasil jarahannya. “…Tidak tahu pak…tidak ada uang lagi…Cuma segitu..” jawabnya. “Yang benar saja kamu!!bohong ya!!jawab yang benar,mana uang kamu!!” Bentak seorang rampok tidak puas akan jawaban nurul. “Benar paak…tidak ada…orang tua saya lagi pergi..cuman ada segitu..” Rampok itu menghampiri Nurul dan berjongkok didekatnya. ” Jadi ga ada uang lagi?cuman ada segini?” Tanya rampok itu. Nurul hanya mengangguk pelan.“Teman-teman, denger!katanya cuman ada segini uangnya…dikit banget..percuma nih kita cape-cape cuman dapat secuil..” Temannya menyahutinya dengan jawaban-jawaban kasar,penuh makian. “Tapi ngga’ papa, supaya ga rugi, gimana kalo kita ganti dengan anak gadisnya ini? Kayaknya boleh juga nih…”kata rampok tersebut sembari memandangi Nurul yang ketakutan,”anak berjilbab pasti enak.” Semua teman-temannya yang berjumlah 7 orang berteriak setuju.
Mendengar itu,rampok tadi tersenyum dan berkata kepada nurul, ” Ya udah kalo gitu non, terpaksa non ganti rugi ke kita pake tubuh Non…” ujarnya sambil tersenyum dan membelai wajah gadis berjilbab yang cantik itu. Dipandanginya sebentar Nurul yang gemetaran ketakutan. “ Tapi kamu emang cantik..gua terangsang juga nih.Ngeliat wajah alim lu yang pake jilbab..” Rampok itu mulai menggerayangi dada Nurul yang tertutup jilbab itu. Nurul mencoba melawan dan meronta “Jangan pak…jangan…ampunn..jangan..aduuh..jangaaaaan paaak… ampuunnn…jangan perkosa saya..ampuun..!!!”tangis Nurul.
Mereka hanya tertawa mendengar tangisan Nurul dan membuat mereka semakin bernafsu. Rampok yang tadi terus menggerayangi payudara Nurul yang montok dan empuk yang tertutup jubah jilbab itu dengan kedua tangannya.Dengan penuh nafsu, ia meremas-remas susu yang tersimpan dibalik jubahnya selama 3 menit, lalu ia mencoba menyingkapkan bawahan jubah Nurul , sehingga terlihat paha mulus Nurul dilapisi stocking.
Perampok itu ternganga ternyata paha gadis berjilbab ini sangat padat dibungkus stocking. “ Gue ngaceng nih..” bisik salah seorang perampok. Rampok itu mengelus perlahan paha indah yang dibalut kaus kaki seperti stocking tersebut . kemudian ia membopong Nurul dan membawanya ke kamar ,lalu direbahkannya gadis malang itu di ranjang. Rampok yang lain pun turut serta masuk ke kamar,nampaknya mereka akan berpesta pora dengan tubuh seorang gadis cantik berjilbab. Seorang rampok yang berdiri di pinggir ranjang mulai membuka bajunya, terlihat tubuhnya yang berkulit hitam legam penuh dengan tato. Nampaknya ia adalah ketua gerombolan perampok ini. Kemudian ia perlahan naik ke atas ranjang dan merebahkan dirinya diatas tubuh Nurul yang tergolek tidak berdaya. Jilbabnya yang tersingkap sampai paha membuat perampok-perampok itu meneguk ludah.
Rampok itu mulai memeluk dan menciumi wajah Nurul Tercium olehnya wangi tubuh Nurul yang segar dan sungguh membuat nafsu bergejolak. Rampok tersebut semakin cepat mencumbu Nurul sembari tangannya terus menggerayangi dada dan selangkangan Nurul. Tidak lama kemudian, rampok itu tidak sabar lagi, dirobeknya jubah itu. BREEEEKK… ia sungguh-sungguh terpesona dengan pemandangan di depan matanya, Nurul ternyata tidak mengenakan BH, terlihat sepasang payudara indah milik seorang gadis alim yang cantik menjulang tinggi lengkap dengan pentilnya yang berwarna coklat muda.
Nurul hanya mengenakan CD G-string putih, sehingga sepertinya celana dalam itu hanya menutupi vaginanya dan pantatnya dibiarkan bebas terbuka, sungguh membuat semua rampok itu menelan air liur ingin mencoba tubuh gadis berjilbab itu.Kembali rampok itu beraksi, kali ini kedua payudara itu yang dikerjain habis-habisan.Diremas-remas,dipijat-pijat, bahkan ia sampai mencubit kedua puting mungil itu. Nurul hanya bisa pasrah menahan deritanya. Rampok itu melanjutkan aksinya dengan menciumi dan menjilat payudara Nurul mulai dari lembah sampai ke puncaknya.

Sampai di puncak,ia menghisap dan mengulum pentil itu dengan penuh semangat sampai terkadang saking gemasnya ia gigit pentil Nurul. Nurul hanya bisa melenguh dan mendesah menahan sakit dan nikmat tersebut .gadis berjilbab itu compang-camping ditindih perampok,meski hanya tersisa jilbabnya yang melekat dikepalanya. Puas dengan gunung kembar itu, rampok tersebut mulai berpindah sasaran kali ini ia segera melucuti celana dalam Nurul. Ia pun kembali terpana melihat vagina Nurul yang masih suci dan indah hanya ditutupi bulu-bulu halus, karena Nurul tergolong apik ia sering mencukur bulunya agar terlihat rapi. Tidak tahan lagi rampok tersebut segera ‘menyerang’ vagina itu dengan lidahnya Dibentangkannya kaki Nurul lebar-lebar, ia pun segera menukik menyerang selangkangan Nurul yang sudah ‘wide open’ itu. Lidah tersebut bergerak lincah ke segala arah menjelajahi vagina.
Permainan ituberlangsung kira-kira 5 menit, lalu rampok itu maju ke babak berikutnya. Kali ini giliran Nurul yang beraksi. Sang rampok menbuka celana dalamnya sendiri. Terlihat batang penisnya yang hitam berurat sudah benar-benar berdiri menunggu giliran, dikocok-kocoknya sebentar batang itu. Lalu diarahkannya ke wajah gadis ayu berjilbab tersebut. Digesek-gesekkannya batang penis itu di wajah alim Nurul. Nurul tidak bisa menolak, ia hanya pasrah membiarkan batang itu bergesekan dengan wajahnya.
Setelah itu sang rampok memaksa Nurul untuk membuka mulutnya.” HEH! Buka mulutlu !ayo isap!!..AYOO!!..” Nurul dengan perlahan membuka mulutnya,segera saja rudal rampok itu masuk kedalam mulutnya dan bergerak maju mundur di dalam mulut Nurul. “Hei ayo goyangin lidah lu,jilat dan isap penis gua!” Mendengar itu Nurul mematuhinya, ia mulai menjilat batang penis itu dengan perlahan. Ternikmat.com Rampok itu semakin cepat menggoyangkan pinggulnya di hadapan wajah Nurul, setelah puas, ia langsung mencoba menyerang bibir Nurul yang satu lagi yang berada di selangkangan. Nurul telah hampir telanjang bulat, jubahnya terbuka lebar dan setengah koyak,tetapi kepalanya masih tertutup jilbab. Diarahkannya rudal itu ke lobang kenikmatan. Agak sedikit susah karena lubang tersebut masih virgin, Tetapi akhirnya berhasil diterobos juga, penis hitam dan besar itu akhirnya berhasil keluar masuk di vagina Nurul.
Pertama-tama gerakannya perlahan tetapi lama kelamaan semakin cepat dan brutal, ia tidak mempunyai rasa kasihan kepada Nurul yang berteriak kesakitan karena dimasuki oleh penis yang begitu besar. ” Ah..Ah…ah..euh..eanaaak…ayo neng..terusss…enaaak…Wuuh..!” gumam sang rampok sembari memompa vagina Nurul. Sungguh pemandangan yang mengundang hawa nafsu, seorang gadis cantik berjilbab berkulit putih bersih dan telanjang bulat hanya sehelai jilbab yang menutupi kepalanya saja berada di posisi bawah ditindih seorang preman yang bertato.
Mendapat perlakuan itu Nurul hanya bisa menggeliat menahan geli dan rangsangan yang begitu hebat.Tetapi ia mencoba bertahan untuk tidak orgasme, walau dipompa sedemikian rupa oleh penis sang rampok. 20 menit kemudian, sang rampok tidak tahan lagi, akhirnya ia memuntahkan air maninya didalam vagina Nurul. “Euuuh….euuuhh….sssssttt…aaaah…gua ngecrotaaaah….enaaaak..”Gumam sang rampok sembari penisnya memuntahkan lahar putihnya itu. Tubuh sang rampok terlihat berkelejotan saat berejakulasi.. Nampak benar-benar nikmat sekali orgasme sang rampok Rampok itu masih terdiam di atas tubuh Nurul dan membiarkan penisnya tetap berada di dalam vagina Nurul untuk beberapa saat, Ia membiarkan sisa-sisa spermanya untuk keluar sampai tetes sperma terakhir, lalu ia mulai menarik keluar penisnya dari vagina Nurul, tampak penisnya yang sudah mengecil itu masih basah karena semprotan air maninya sendiri dan cairan vagina Nurul. Lalu ia memberikan kesempatan kepada teman-temannya yang lain. Rekan rampok yang lain bergerak maju,kali ini ia menyerang Nurul dari belakang. Disingkapnya jubah nurul yang menutupi bokongnya lalu diserangnya anus Nurul dengan gencar.
Posisi Nurul yang tinggal menggenakan jilbab sekarang seperti anjing yang sedang kawin..Rampok itu dengan kasar memasukkan penisnya ke lubang anus Nurul. Nurul hanya bisa mengerang kesakitan. Tubuhnya bergerak-gerak akibat hentakan sang rampok sampai-sampai payudaranya pun terbanting-banting akibat goyangan sang rampok.. Rampok tersebut memegangi kedua belah pantat Nurul agar tetap terarah sesekali ia tampar pantat Nurul seperti layaknya memecut pantat kuda. Goyangan sang rampok semakin cepat. Lalu ditariknya tubuh Nurul sampai punggung Nurul telah menempel di dada sang rampok. Sang rampok segera menggerayangi payudara Nurul dari belakang sambil ia menciumi leher yang sexy.
Kumis sang rampok yang tebal mencucuki leher Nurul, sehingga ia merasa geli. Nurul hanya bisa memejamkan mata menahan derita itu sambil sesekali merintih, dan mendesah sehingga desahannya semakin merangsang semua rampok yang ada dikamar tersebut “Euuh…aaaaaahhh periiih…aduuuhhh…ampuuunn..paaak…..”rintih Nurul. “AaaAhh..dikit lagi neeengg…ayoooo…sssstt.aaaahh..Oohhh..” Teriak sang rampok sembari goyangannya dipercepat, rupanya ia akan segera klimaks, tak lama kemudian ia akhirnya menyemburkan air maninya didalam lubang anus Nurul. Air maninya sangat banyak sampai menetes keluar menyelusuri anus dan paha . Rampok itu tersenyum puas akhirnya ia bisa merasakan tubuh seorang gadis cantik berjilbab yang sangat sexy bahkan anusnya lah yang pertama kali ditembusnya. Setelah itu kembali giliran rampok yang lain, kali ini ia memaksa Nurul untuk berlutut dan melayani penisnya dengan mulutnya. Penis rampok yang berikut ini sungguh besar dan sudah berdiri tegang. Nurul tak ada pilihan lain untuk melayani kemauan rampok itu.
Dengan ganas rampok itu menggoyang-goyangkan penisnya dimulut Nurul. Kali ini Jubah Nurul benar-benar telah basah oleh cairan-cairan mani.”Ayoo.sedoottt.. yang kencaaaaang… ayoooo!!!” Bentaknya sembari memegangi kepala Nurul yang mengenakan jilbab dan mengarahkannya maju mundur. Hentakannya sangat cepat sampai-sampai buah zakarnya memukul-mukul dagu Nurul. Ternikmat.com Tak sampai 10 menit ia pun tidak tahan lagi, sentuhan lidah dan bibir Nurul membuat penisnya ngaceng berat. Ia pun segera memuntahkan air maninya yang banyak di dalam mulut Nurul,
”Aaaahhh..enaaaaak….aaaahh…aaahhh…Ouhhh…Oouhh..ssstt..” Erangnya sambil menahan kepala nurul agar tidak lepas saat ia berejakulasi dan seluruh air maninya tumpah ruah di dalam mulutnya dan jilbab putihnya. Beberapa saat kemudian Nurul tidak tahan lagi, ia pun akhirnya hancur juga pertahanannya, akhirnya Nurul ejakulasi dengan deras, cairannya keluar sangat banyak karena ia sedari tadi menahan rangsangan yang ia terima. Peristiwa itu disambut para perampok dengan teriakan-teriakan tertawa membahana,bahkan tanpa rasa jijik seorang dari mereka menjilat cairan vagina Nurul. ”Sluuurrppp…sluuurrpp..hmmm..nikmaaat..rasanya air mani pertama gadis perawan..hahaha….” Para perampok tertawa puas,.Setelah puas menggarap Nurul,para rampok itu segera beranjak pergi sambil membawa barang jarahannya meninggalkan Nurul yang masih bugil terkulai lemas di ranjangnya yang penuh dengan bercak sperma dan darahnya. Dia hanya bisa menangis sesegukan meratapi nasibnya..Oh… mimpi buruk apa aku.. isaknya.




Minggu, 30 Agustus 2015

CERITA SEX | MAHASISWI TEKNIK UI YANG SEX DI KAMPUS

Sebut saja namanya lena, mahasiswi teknik sebuah perguruan tinggi swasta di jakarta barat. Dia teman satu jurusan beda angkatan. Sejak masa ospek aku sudah mulai memuji kecantikannya, seringkali aku membantunya lepas dari hukuman senior-senior yang lain. Aku adalah senior pelindung lena






2 Tahun setelah ospek, aku mulai berani mendekati lena. Sayangnya itu adalah tahun terakhirku sebagai mahasiswa, sedangkan lena sendiri baru semester memasuki semester 5. Dengan pendekatan yang intensif meminjamkan buku-buku kuliah yang sudah tidak ku gunakan lagi, lama-kelamaan lena luluh hatinya dan aku bisa masuk dalam kehidupannya sebagai cowoknya.
Aku termasuk mahasiswa yang senang nongkrong dikampus sampai malam hari, biasanya kalo bukan UKM, ruangan himpunan mahasiswa menjadi tempat tongkrongan sampai larut malam. Lena berasal dari bangka, keluarganya semua disana. Dijakarta dia ngekos dekat kampus, hanya 10 menit berjalan kaki sudah sampai dikosannya. Sebetulnya bukan kosan, tapi rumah kontrakan karena lena dan temannya dari fakultas lain saweran untuk ngontrak agar lebih bebas dan tidak diatur oleh pemilik kost. Karna itulah jam berapapun lena pulang itu tidak masalah.
Hari sabtu mata kuliah biasanya hanya sampai jam 2 siang, selepas itu banyak teman-teman yang langsung pulang. Kawan-kawan yang nongkrong sabtu itu jam 5 sore tinggal si raymon mahasiswa satu angkatan aku. Selebihnya tinggal aku dan rena, jadi sore itu tinggal kami bertiga nongkrong di ruangan himpunan. Sebagai gambaran, ruangan himpunan kami ber ac dan tertutup rapat, walupun tertutup tapi kepulan asap rokok tidak henti-hentinya berhembus dalam ruangan.
Aku memberikan kode ke raymon agar dia lekas pulang dan meninggalkan aku berdua dengan lena. Raymon cepat tanggap, dan dia pamit pulang duluan. Hari mulai gelap tinggal aku dan lena berdua diruang himpunan mahasiswa. Dalam ruangan ada komputer yang biasa dipakai untuk membuat surat-surat serta game sebagai pembunuh kebosanan dikampus. Lena menyalakan pc mencari game, ada satu game yang aku baru lihat padahal kemarin belum ada. Aku minta lena memainkannya, dan ketika game dimulai itu adalah game dewasa yang memainkan karakter manusia berhubungan seks.
Melihat itu lena seperti penasaran, berawal dari memilih karakter perempuan dan pakaian dalam sexy yg dikenakannya. Lena asik melanjutkan game seks yang mungkin didownload sama teman-teman yg usil. Tapi justru dari situ aku mendapatkan kesempatan memperoleh kehangatan tubuh lena pacarku.
“Gamenya seru ya?” tanyaku sambil cengengesan dan raut muka sange.
“Iya nih, temen kost juga sering cerita sex kalo lagi kumpul”. Jawab rena.
“Ah, serius say?” Aku biasa memanggil rena “say” kalo hanya kita berdua.
“Bener bang, mereka pada cerita pengalaman sex sama cowoknya”. “Hampir semua teman kost lena udah gak perawan.” sambung lena.
“Kamu sendiri masih perawankan?” Tanyaku sedikit becanda. Soalnya menanyakan keperawanan terhadap wanita adalah hal yang sensitif.
“Pasti dong bang, lena pertama kali pacaran aja sama abang”. Dengan mimik bangga lena menjawab.
Kalo main game ngewe gini bisa-bisa malem ini lena gak perawan lagi nih (aku membatin dalam hati). “Kamu seru amat mainin gamenya, awas nanti pengen lho?” Tanyaku memancing.
“Kalo pengen, ada abang ini… hehehe..” Jawab lena sekenanya.
Pancinganku mengena, selama ini kita pacaran cuma paling jauh menjelajahi sekwilda (sekitar wilayah dada). Lena juga biasa mengulum penisku jika aku lagi horni. 15 menit bermain game seks sepertinya lena mulai horni. Dia ijin ke toilet katanya mau pipis, sekembalinya dari toilet lena senyam-senyum sambil berbisik “Aman”.
“Apanya yang aman?” Tanyaku heran.
“Diluar sepi, dan penjaga kampus biasanya kontrol dua jam lagi.. Lena horni abis main game itu, pengen nyepong penis abang”. Jawab lena tanpa basa basi.
“Selot dulu itu pintu, jangan sampe ada yang masuk waktu kita senang-senang, hihihi”.
Pintu diselot lena dan mematikan lampu ruangan, sehingga jika dilihat dari luar ruangan itu tampak sudah kosong. Tingkat kecerahan monitor aku kecilkan agar cahaya yang timbul jadi redup dan remang-remang. Setelah itu dengan sepontan lena membuka kancing kemeja bagian atas mengeluarkan payudaranya dan menyodorkan kemukaku. Dalam sekejap pentil payudara lena aku kenyot sekuatnya hingga lena menggelinjang tanda mendapatkan kenikmatan yang hebat. Baca lanjutan cerita pengalaman ngentot di kampus
 Lena mulai menjamah penisku yang tengah menegang keras, tangannya terampil menyusup kebalik celana. Digenggamnya penisku dengan kocokan perlahan-lahan. Bagi pembaca yang belum mengetahui cerita sebelumnya sebaiknya baca dulu dengan. Rintihan lena saat teteknya kukulum ditambah kocokan perlahan pada penisku menambah suasana tambah panas walaupun ac diruangan sebetulnya dingin sekali.
Lena langsung kurebahkan dan aku mulai mengangkat roknya. Tanpa diminta, lena menurunkan celana dalamnya hingga tampaklah dalam keremangan memek jembut lebat basah yang minta dijilat. Dengan lahapnya kujilati mulai paha lena sampai belahah memek pacarku. Lena semakin merintih tak karuan saat kujilati mekinya. 10 menit asik jilmek pacar langsung aku tindih lena kemudian menciumi daerah leher dan belakang kupingnya.
Sambil menciumi tubuh lena, aku membuka retsleting dan membebaskan penis yang dari tadi sudah berontak ingin bertemu sarungnya. Aku mulai menyelipkan penis diantara paha lena, menggesek-gesekan dibibir memek lena. Semakin banyak cairan yang keluar dari pala kontol dan memek lena hingga semakin licin dan tiba-tiba slep slep slep, terbenamlah seluruh kontol dalam memek lena. Lena menjerit kecil, sambil menarik pantatnya menjauh mengeluarkan penisku yang sempat masuk dalam liang kewanitaannya. Kutatap muka lena yang kini tampak sayu, dia menyadari penisku tadi sudah masuk ke memeknya. Hingga hilang keperawanan lena.
“Sudah tanggung bang, tadi abang sudah merengut keperawanan lena.” Bisik lena dikupingku.
“Kita lanjutkan saja bang, lena rela nyerahin harta yang berharga buat abang karna lena cinta abang”. Lanjut lena.
Tanpa pikir panjang karna tadi sudah merasakan benar-benar kenikmatan dunia, aku mulai membenamkan kembali penis ke dalam vagina lena. Dengan genjotan perlahan dan penambahan kecepatan genjot sedikit-dikit, semakin membuat lena merasakan nikmatnya ngentot.
Hanya 10 menit kocokan penis dalam vagina dan mulai terasa pala kontol berkedut tanda spermaku sudah mau muncrat. Langsung ku cabut penis dari meki lena, dan menyemburlah sperma di paha lena hingga mengenai rok lena. Tangan lena dengan sigap meraih tas mengambil tisue yang selalu tersedia di tasnya. Dia mulai membersihkan spermaku dari rok dan pahanya. Dan dengan telaten membersihkan sperma yang tersisa di penisku.
Setelah itu lena merapikan kemeja dan roknya kemudian menghidupkan lamu dan mematikan pc. Saat lampu dihidupkan terlihat dengan jelas darah keperawanan lena di tisue yang tadi untuk ngelap memeknya. Sejak kejadian ML di kampus itu lena mulai menjauh dariku, hingga saat kelulusanku dia meminta hubungan kita berakhir. Itu pengalaman masa muda waktu jadi mahasiswa, dan kami juga sempat sekali lagi ngentot waktu mahasiswa menduduki gedung dpr saat demo tahun 98. Di toilet gedung dpr dengan posisi berdiri kami berhubungan seks, tapi untuk berjaga-jaga hal-hal yang tidak diinginkan waktu itu kami ML menggunakan kondom. Demikianlah cerita merengut keperawanan pacar di kampus.


Jumat, 28 Agustus 2015

CERITA SEX | PERAWAN KU DI AMBIL KETIKA UMUR 17 TAHUN


Pada mulanya aku tidak begitu tertarik dengan namanya chatting. Tetapi lama kelamaan aku jadi ketagihan dan setiap hari aku selalu meluangkan waktu Untuk beberapa saat lamanya sembari mengerjakan tugas harian di kantor. “ Baik itu melalui MIRC ataupun di YM. Dan mulai dari sinilah aku mulai mengenal apa itu dunia cyber. Suatu hari aku chatting dengan menggunakan nickname Jingga yang kebetulan aku suka banget dengan warna purple
Hingga sampailah aku di pertemukan dengan cewek yang berumur 17 tahun yang mempunyai nama asli Adinda. Adinda yang masih berstatus pelajar di salah satu SMU negeri di Jakarta dan tinggal di sekitar Jakarta Barat. Dengan paras yang cantik serta bentuk tubuh yang sexy di dukung penampilannya yang selalu mengenakan rok abu-abunya di atas lutut. Menjadikan dirinya patut untuk di kagumi oleh setiap lelaki. Apalagi dengan hem putihnya yang sedikit transparan setiap Adinda berangkat ke sekolah. Begitu
menerawang terbentuk segaris Bra 36 warna hitam kesukaannya menjadikan setiap mata yang memandangnya tak akan berkedip sedetikpun. Adinda adalah anak tunggal dari keluarga yang cukup terpandang di Jakarta. Kesibukan papanya sebagai seorang pengusaha, menjadikan Adinda selalu merasa kesepian. Demikian juga dengan Mamanya yang selalu sibuk dengan urusan arisan, shopping, senam, salon dan banyak lagi kesibukan yang datang tak pernah habisnya. Karena merasa kesepian
setiap pulang dari sekolah ataupun saat libur sekolah, menjadikan Adinda tumbuh tanpa seorang figur dari keluarganya. Kalau melihat kepribadiannya Adinda sebenarnya mempunyai kepribadian yang periang dan ramah.Semua itu bisa di lihat dengan kesehariannya yang selalu tersenyum kepada semua orang yang di jumpainya. Demikian juga saat bertemu denganku lewat Chatting. Setiap perjumpaan selalu diakhiri dengan kesan yang baik, bagaimanapun juga aku sangat menghargai. Kejujurannya yang menceritakan masalah keluarganya yang super sibuk dan mantan cowoknya yang berpaling darinya, karena tidak bisa bersabar menghadapi Adinda yang belakangan menjadi pemurung. Sifatnya yang pemurung itu disebabkan oleh suasana keluarganya yang mulai tidak
harmonis lagi dan menjadikan sosok Adinda menjadi minder di sekolahnya. Hingga pada satu kesempatan dia memutuskan ingin bertemu secara langsung denganku. Hari itu setelah kita chatting beberapa saat, tiba-tiba dia menangis dan butuh teman untuk curhat secara langsung dan alasannya, karena dia sudah akrab dan percaya kepadaku. Setelah menentukan tempat yang cukup aman, sejuk udaranya dan tidak bising akhirnya aku sepakat menemuinya. Dengan perasaan deg-degan, sepanjang perjalanan aku berpikir ada masalah apa dengan Adinda. Dan pikiranku terasa semakin amburadul ketika aku benar- benar ketemu dengannya. Sesaat Aku terkagum-kagum melihat penampilannya hari itu. Berbeda dengan kesehariannya yang selalu mengenakan seragam sekolah. Hari itu Adinda
mengenakan stelan celana jeans agak belel warna biru di padu dengan kaos putih ketat yang menonjol di bagian dadanya. Rambut panjangnya di biarkannya tergerai menyentuh bahunya melewati leher jenjangnya yang putih bersih. Dari penampilannya yang mengagumkan aku sempat menelan ludah sesaat. Adinda adalah sosok cewek idolaku. Mulai dari wajahnya, dadanya, pinggulnya dan lekukan Pantatnya yang sexy tecetak jelas di celananya yang ketat juga. Membuat aku menelan terdiam

sesaat, sambil membayangkan bagaimana jika aku bisa bercinta dengan dia. Di sebuah cafe yang suasananya pada siang itu tidak begitu ramai, dengan hanya beberapa pengunjung, menjadikan pertemuanku dengan nya akan sangat berkesan tentunya. Selama pembicaraan di cafe, jantungku berdetak kencang setiap melirik paras Adinda yang cantik dan manis sekali dan aku membayangkan jika aku dapat menikmati bibirnya yang merekah. Untuk menghilangkan rasa cemasku, aku berusaha membuka pembicaraan dengan menanyakan bagaimana kesannya setelah bertemu dan ada masalah apa sampai dia memintaku datang menemuinya. Pertemuan itu sebenarnya hanya sekedar alasannya aja agar bisa ngobrol denganku dan mengenal lebih dekat siapa diriku sebenarnya. Hal itu aku
ketahui setelah kami terlibat perbincangan serius di cafe dan dia berterima kasih, kalau selama ini aku bisa dengan penuh kesabaran mendengarkan semua masalah yang di hadapinya. “Diet.. Boleh aku mengatakan sesuatu?” tanya Adinda tiba-tiba. “Boleh.. Ada apa emangnya?” tanyaku balik. “Aku mulai merasakan semua kasih sayang kamu selama ini,” jawabnya. “Dan aku juga ingin memberikan hal yang sama buat kamu,” lanjutnya. Aku hanya bisa terdiam mendengar semua penjelasannya, dengan lembut aku memeluk tubuhnya untuk meyakinkan bahwa semua yang kulakukan tulus adanya. Dan dengan pelan aku genggam jemari tangannya yang halus serta aku pegang dagunya dengan lembut bibirku menyentuh bibirnya yang terbuka sedikit. Yang tak lama aku telah menciumi leher Adinda yang terlihat sangat bersih dan putih. “Adinda aku sayang kamu..,” bisikku di telinganya lirih. Adinda semakin erat memelukku sebagai ungkapan kebahagiaannya atas sikapku. Setelah perbincangan di cafe selesai, Adinda mengajakku untuk bersantai sejenak sambil beristirahat dengan memesan sebuah kamar di sebuah hotel yang tak jauh letaknya dari cafe tersebut. “Diet.. Ohh..,”
desah Adinda ketika aku mencumbu lehernya setelah kita sampai di kamar. Lidahku semakin nakal menjelajahi leher Adinda yang jenjang. “Akhh Diet..” tanpa terasa tanganku mulai nakal untuk menggerayangi payudara Adinda yang aku rasakan mulai mengencang mengikuti jilatan lidahku dibalik telinganya. “Ooohh.. Diet..” desahnya lirih. Adinda mulai terangang ketika ujung lidahku menjilati bukit payudaranya yang berukuran 36 itu. Aku semakin berani untuk melakukan yang Iebih jauh.. Dengan meremas payudara yang satunya. “Adinda.. Sayang, aku buka baju kamu yah..”? bisiku di telinganya. Adinda hanya mengikuti pergerakan tanganku untuk melepaskan pakaiannya, sampai akhirnya dia hanya mengenakan Bra warna hitam. Dadaku semakin naik turun, ketika pundaknya
yang putih nampak dengan jelas di depanku. Setelah terbuka, kembali aku mengulum bibirnya yang merekah. Lidahku menjelajahi rongga di langit-langit mulutnya dan sesekali menghisap lidah Adinda yang mulai terangsang dengan ciumanku. Tanganku yang nakal mulai melepas Bra warna hitam miliknya. Dan.. Wow.. Tersembullah puting yang kencang.. Tanpa pikir panjang aku melepas lumatan di bibir Adinda untuk kemudian mulai menjilati puting Adinda yang berwarna kecoklatan. Satu dua kali hisapan membuat putingnya berdiri dengan kencang.. Sedangkan tangan kananku memilin puting yang lainnya. “Ooohh Diet.. Enak sekali sayang..,” rintih Adinda. Dan saat aku mulai menegang..
Adinda berusaha bangkit dari tempat tidur, tapi aku tidak memberikan kesempatan Adinda untuk bangkit dari pinggir ranjang. Parfum Adinda yang harum menambah gairah aku untuk semakin berani menjelajahi seluruh tubuhnya. Aku beranikan diri untuk mulai membuka celana jeans serta CD hitam berenda yang dipakainya. Dan darahku mendesir saat melihat gundukan yang ditumbuhi dengan rambut yang hitam lebat. Tanpa berpikir panjang, aku langsung menjilati, menghisap dan sesekali memasukkan lidahku ke dalam lubang vagina Adinda. “Oohh.. Diet.. Nikmat.. Sayang,” Adinda merintih kenikmatan setiap lidahku menghujam lubang kewanitaannya. “Akhh.. Kamu pintar sekali sayaang..” Desah Adinda disaat jilatanku semakin cepat, Adinda sudah mulai memperlihatkan tanda-tanda mau orgasme dan sesaat kemudian.. “Mass Adiet.. Sayang.. Aku nggak tahan.. Oohh.. Mass aku mau..” Adinda menggelinjang hebat sambil menjepit kedua pahanya sehingga kepalaku terasa semakin terbenam di selangkangannya. “Maass.. Ookkhh.. Aakuu keluaarr..” Jeritnya lirih. Adinda merintih panjang saat mencapai orgasmenya yang pertama, dia tersenyum puas. Aku biarkan dia terlentang menikmati orgasmenya, sambil membuka semua pakaian yang aku kenakan.
Aku memperhatikan Adinda begitu puas dengan pemanasan tadi, itu terlihat dari raut wajahnya yang begitu berbinar-binar. Tanpa memberi waktu panjang, aku segera menghampiri tubuhnya yang masih lemas dan menarik pinggulnya dipinggir ranjang, dan tanpa pikir panjang penisku yang berukuran lumayan besar, langsung menghujam celah kenikmatan Adinda sembari bibirku mengulum
payudaranya. “Aaakhh.. Diet..,” desah Adinda, saat penisku melesak ke dalam lubang vaginanya. “Diet.. Penis kamu ohh..” desahnya kemudian. Aku merasakan setiap jepitan bibir vaginanya yang begitu ketat, sampai terasa begitu nikmat lubang senggama Adinda. Aku berpacu dengan nafsu, keringatku bercucuran seperti mandi dan menetes diwajah Adinda yang pertama kalinya merasakan nikmatnya bercinta. Setiap gerakan maju mundur penisku, selalu membuat tubuh Adinda
menggelinjang hebat karena dia mulai bisa merasakan dan menikmati permainan ini. “Diet.. Sudah.. Sayang.. Akhh..” sembari berteriak panjang aku rasakan denyutan bibir vagina Adinda menjepit batang penisku. Dan aku rasakan cairan hangat mulai meleleh dari vagina Adinda. Aku tidak mempedulikan desahan Adinda yang semakin menjadi, aku hanya berusaha memasukkan penisku lebih dalam lagi. Tiba-tiba Adinda mendekap tubuhku erat dan aku tahu itu tanda dia mencapai orgasme yang kedua kalinya. Penisku bergerak keluar masuk dengan cepat dan.. Sesaat kemudian. “Diet.. Aku.. Mau.. Keluarr lagi.. Aaakk.. Sayang, aku.. Nggak tahan..” Seiring jeritan itu, aku merasakan cairan hangat kembali meleleh disepanjang batang penisku. “Aaakhh.. Sayang.. Enak sekali.. Ooohh..,” rintih Adinda lirih. Bagaikan orang mandi, keringatku kembali berkucuran, diatas tubuh Adinda. Disaat aku mulai mencapai klimaks, aku meminta Adinda berganti posisi diatas.
“Adinda.. Sayang kamu diatas yah..”Pintaku Aku melepas penisku dan langsung terlentang. Adinda bangkit dan langsung menancapkan penisku dalam-dalam di lubang kewanitaannya. “Akhh gila, penis kamu enak banget Maas.. Ooohh..” Adinda merintih sambil terus menggoyangkan pinggulnya. “Aduhh enak Diet..” desahnya lagi. Goyangan pinggul Adinda membuat gelitikan halus di penisku.. “Adinda.. Sayang.. Akh..,” aku mengerang kenikmatan saat Adinda menggoyang pinggulnya.
“Diet.. Aku mau keluar nih..,” sambil merintih panjang, Adinda menekankan dalam-dalam Tubuhnya hingga penisku amblas ditelan vaginanya dan bersamaan dengan itu aku sudah mulai merasakan tanda-tanda akan mencapai orgasme. “Aaahh.. Ahh.. Ohh,” teriakku “Crott..” bersamaan dengan menyemburnya spermaku. Aku biarkan spermaku menyembur di dalam vaginanya. Sebagian dari spermaku langsung meleleh di sekujur pahanya yang mulus. Setelah itu Adinda berjalan menuju ke kamar mandi untuk segera mencuci spermaku yang baru keluar dari vaginanya. Permainan itu berakhir dengan penuh kenikmatan dalam diri kami berdua, karena baru pertama kalinya Adinda bercinta denganku, dia
mengalami multi orgasme yang tidak bisa digambarkan dengan kata-kata. “Diet.. Kapan kamu ada waktu lagi untuk melakukan semua ini sayang,” tanya Adinda. Aku menjawab lirih, “Terserah Kamu deh, aku akan selalu sediakan waktu untuk kamu.” “Makasih sayang.. Kamu telah memberikan apa yang selama ini belum aku rasakan,” kata Adinda. Kemudian aku mengecup kembali Bibirnya yang merekah sebagai tanda kasih sayangku kepada Adinda yang tulus. TAMAT

Rabu, 26 Agustus 2015

CERITA SEKS | MAHSISWA BANDUNG YANG CANTIK DAN PUTIH


 Kedua orang tuaku meninggal karena kecelakaan ketika aku berusia 11 tahun. Saat itu, aku benar-benar sendirian.Ku Rasa takut dan kesepian menyerang hati dan pikiranku. Yang paling menyedihkan adalah, aku sama sekali tidak pernah dikenalkan ataupun berjumpa dengan kerabat ayah maupun ibu. Aku tidak pernah bertanya. Selama ini aku hanya mengenal ayah dan ibu saja. Dan itu sudah lebih dari cukup bagiku. Kami bertiga sangat bahagia.
Aku tidak ingat, bagaimana aku bisa sampai di panti asuhan itu. Yayasan Bunda Erika, aku membacanya di sebuah papan nama di depan pintu masuk bangunan itu. Di sana, banyak anak-anak yang sebaya denganku. Kehadiran mereka membuatku setidaknya “lupa” akan kemalangan yang baru saja menimpaku. Tidak lamapun, aku merasa kalau aku telah menemukan rumah baru bagiku. Enam bulan pun berlalu.
Pada suatu hari yang cerah, mendadak kami dibangunkan oleh Bunda Risa, salah satu pengurus di tempat kami.
“Ayo bangun, cepat mandi, pakai pakaian terbaik kalian, setelah itu kalian harus berkumpul di aula. Kita akan kedatangan seseorang yang sangat istimewa”, katanya sambil tersenyum hangat.
Dan aku pun bertanya, “Bunda, tamu istimewanya siapa sih? Artis ya?”
“Mungkin ya..”, kata Bunda Risa sambil tertawa kecil.
“Karena dia adalah putra tunggal dari pemilik yayasan ini..”
Tak kusangka, pertemuanku dengan Erik Torian bisa mengubah hidupku, seluruhnya. Saat dia melewati barisan anak-anak yang lain, dia tiba-tiba berhenti tepat di depanku. Senyuman misterius menghiasi wajahnya. Dengan posisi membungkuk, dia mengamati wajahku dengan teliti. Temannya yang ikut bersamanya pun ikut memperhatikan diriku.
“Ada apa Torian? Apa kau kenal dengan anak ini?”, tanyanya.
“Tidak”, Erik masih memkamungiku sambil memegang mukaku, seolah-olah aku tidak bernyawa.
“Sempurna” katanya dingin.
“Seperti boneka..”
Aku yakin sekali dia bergumam [“..boneka yang aku idam-idamkan”]
Lalu dia melepaskan wajahku dan langsung meninggalkanku begitu saja.
Sehari setelah kunjungan itu, Erik bersama temannya itu kembali mengunjungi yayasan, untuk mengadopsi diriku.
“Halo.. Maria” Erik melemparkan senyum yang berbeda dari kemarin.
“Mulai saat ini, aku-lah yang akan merawat dan mengurus Maria. Kamu tidak harus memanggil aku ‘ayah’ atau sebutan lainnya, panggil saja aku Erik.”
Sambil mengalihkan pkamungannya ke temannya, dia melanjutkan,”Nah.., ini adalah temanku, namanya Tomi.”
Akupun menyunggingkan senyuman ke arah Tomi yang membalasku dengan senyuman hangat.
Aku sama sekali tidak percaya bahwa ternyata Erik tinggal sendirian di rumah megah seperti ini dan masih berusia 24 tahun saat itu. Diam-diam, aku kagum dengan penampilan Erik dan Tomi yang sangat menarik. Berada di tengah-tengah mereka saja sudah sangat membuatku special. Erik sangatlah baik padaku. Dia selalu membelikan baju-baju indah dan boneka porselain untuk dipajang dikamar tidurku. Dia sangat memanjakan aku. Tapi, dia juga bersikap disiplin. Aku tidak diperbolehkan untuk keluar rumah selain ke sekolah tanpa dirinya.
Empat bulan berlalu, rasa akungku terhadap Erik mulai bertambah. Hari itu, aku mulai merasa bosan di rumah dan Erik belum pulang dari kantor. Aku pun menunggunya untuk pulang sambil bermain Play Station di kamarku. Tepat jam 10.30 malam, aku mendengar suara pintu di sebelah kamarku berbunyi.
“Erik sudah pulang!!”, pikirku senang.
Aku pun berlari keluar kamar untuk menyambutnya. Tapi, di depan kamar Erik aku berhenti. Pintunya terbuka sedikit. Dan aku bisa tahu apa yang terjadi di dalam sana. Erik bersama seorang wanita yang sangat cantik, berambut panjang, kulitnya pun sempurna. Aku hanya bisa terdiam terpaku. Aku melihat Erik mulai menciumi bibir wanita itu dengan penuh nafsu. Tangannya meraba-raba dan meremas payudara wanita itu.
“Ohh..Erik”
Pelan-pelan, tangan Erik menyingkap rok wanita itu dan menari-nari di sekitar pinggul dan pahanya. Tak lama, Erik sudah habis melucuti pakaian wanita itu. Erik merebahkan wanita itu ke tempat tidur dan menindihnya, tangan Erik bermain-main dengan tubuh wanita itu, menciuminya dengan membabi buta, menciumi leher, menciumi payudara wanita itu sambil meremas-remasnya.
“Ohh..Eriik..” Aku mendengar desahan wanita itu.
Aku melihatnya. Aku tidak percaya bahwa aku menyaksikan itu semua. Tapi, aku tidak bergerak sedikit pun. Aku tidak bisa.
Erik pun membuka resleting celananya dan mengeluarkan ‘senjata’nya, kedua kaki wanita itu dipegang dengan tangan Erik dan Erik segera menancapkan ‘senjata’nya ke liang wanita yang sudah basah itu dengan sangat kasar. Wanita itu mengerang dengan keras. Tanpa sadar, pipiku sudah dibasahi oleh air mata. Hatiku terasa sakit dan ngilu. Tapi, aku tetap tidak bisa beranjak dari sana. Aku tetap melihat perbuatan Erik tanpa berkedip sambil berlinang air mata.
Erik masih melanjutkan permainannya bersama wanita cantik itu, dia menggerakkan pinggulnya maju dan mundur dengan sangat cepat. Teriakan kepuasan dari wanita itu pun membahana di seluruh ruangan. Sepuluh menit setelah itu, Erik terlihat kejang sesaat sambil mengerang tertahan. Erik pun menghela napas dan beristirahat sejenak, masih dalam rangkulan wanita itu. Permainan berakhir.
Tapi aku masih mematung di depan kamarnya, memperhatikan Erik dari sebelah pintu yang sedikit terbuka. Aku tidak mau bergerak juga, seolah-olah aku sengaja ingin ditemukan oleh Erik. Benar saja, aku melihat Erik berbenah memberesi bajunya dan bergerak menuju pintu. Dia membuka pintu dan melihat diriku mematung sambil menangis di sana. Dia memperhatikanku sejenak dan senyuman misterius itu hadir lagi.
Dia pun membungkukkan tubuhnya,
“Hey, tukang ngintip cilik. Aku nggak marah kok. Hanya saja, aku sudah mempersiapkan hukuman yang tepat untukmu. Tapi, tidak saat ini. Ayo, aku temani kamu sampai kamu tertidur. Kalau kamu capek, besok bolos saja.”
Erik pun menggendongku yang masih terisak kekamar tidurku. Dan semalaman dia tidur sambil memelukku dengan hangat.
“Aku..aku..akung Erik”
“Erik adalah milikku..hanya milikku seorang”
Pikiranku berputar-putar memikirkan hal itu. Tak lama, aku pun tertidur lelap.

Hari ini adalah ulang tahunku yang ke-14. Aku senang sekali, karena Erik telah mempersiapkan sebuah pesta ulang tahun untukku di sebuah hotel bintang 5. Ballroom hotel itu sangat indah, Erik mempersiapkannya secara spesial. Aku pun mengenakan gaun berwarna putih yang baru dibelikan Erik. Kata Erik, aku sangat cantik dengan baju itu, “Kamu cocok sekali dengan warna putih, sangat matching dengan warna kulitmu.. Dan lagi, sekarang.. kamu semakin cantik.”
Teman-teman perempuanku juga berdecak kagum melihat penampilanku saat itu.
“Kamu cantik ya Maria? Beruntung sekali kamu punya ayah angkat seperti Erik..”
Kata Sara, teman baikku sambil tertawa meledek. Sara melirik ke arah Erik yang sedang duduk di meja pojok bersama Tomi.
“Hey Maria, Erik itu ganteng banget ya? Temennya juga..” ujar Sara sambil tertawa kecil.
Aku pun hanya bisa tertawa, aku pun menetujuinya. Akhir-akhir ini, kami memang jadi sering membicarakan soal cowok. Mungkin karena puber. Tak lama, Aryo temanku yang sepertinya suka denganku datang, sambil menyerahkan hadiah, dia mencium kedua pipiku. Tanpa sadar pipiku bersemu merah.
Setelah pesta usai, Erik mengajakku istirahat di kamar hotel. Aku lumayan capek, tapi aku senang. Dan setiba di kamar, aku memeluk Erik sambil mengucapkan terima kasih.
“Terima kasih Erik..aku akung sekali sama Erik..”
Erik pun membalas pelukanku sejenak dan kemudian melepasnya, dan dia memegang kedua lenganku sambil memkamungku dengan serius. Aku pun merasa heran dan sedikit takut.
“..Erik? Kenapa? Marah yaa? Aku..melakukan kesalahan apa?”
Tanpa banyak bicara, Erik menggeretku ke tempat tidur, mencopot dasinya dan menggunakannya untuk mengikat kedua tanganku dengan kencang. Aku memekik dan mulai menangis.
“Eriik!! Sakit!! Kenapa??!!”
Dia melihatku dengan pkamungan marah. Kemudian berteriak,
“Kenapa??!! Kenapa katamu?! Kamu itu perempuan apa??!! Masih kecil sudah kenal laki-laki!! Sudah kuputuskan! Kamu harus di hukum atas perbuatanmu barusan dan perbuatanmu 2 tahun yang lalu!!”
Deg. Jantungku terasa berhenti mengingat kejadian itu.
“Erik marah..”, pikirku.
Aku pun merasa ketakutan. Aku takut dibenci. Aku tidak mau kehilangan lagi orang yang kuakungi.
Tiba-tiba, Erik menarik gaunku dengan sangat kasar sehingga menjadi robek. Aku berteriak.
“Ini akibatnya kalau jadi perempuan genit!!”
Erik menariknya lagi untuk kedua kalinya, pakaian dalamku semakin terlihat. Celana dalamku juga akan dilepasnya.
“Erriik!! Jangaan!!”, aku berteriak ketakutan.
Terlambat, aku sudah telanjang total. Hanya sisa-sisa gaunku-lah yang masih menyembunyikan bagian-bagian tubuhku sedikit. Erik melihatku dengan penuh nafsu. Nafasnya terdengar berat penuh dengan kemarahan dan birahi. Dia pun menahan tanganku yang terikat dan mendekatkan bibirnya ke bibirku.
“Aku harus menjadi orang pertama yang..”
Erik tidak menyelesaikan kata-katanya dan mulai melumat bibirku dengan sedikit kasar.
“Hmmphh..”
Untuk pertama kalinya aku merasakan ada getaran yang aneh pada tubuhku. Sensasi yang tidak pernah kurasakan sebelumnya.
Erik terus berlanjut menciumku, aku bisa merasakan lidahnya memijat lidahku. Aku pun mengikuti permainannya, sedikit takut, sedikit ingin tahu. Erik mulai meremas-remas payudaraku yang belum tumbuh seutuhnya.
“Ahh..”
Aku mulai menikmati getaran aneh pada diriku.
“Panas..badanku terasa panas..Erik..” pikirku dalam hati.
Erik melanjutkan ciumannya ke leher dan menggigitnya sedikit, remasan tangannya di payudaraku makin kuat.
“Ahh..!!” nafasku makin memburu.
Tiba-tiba Erik berhenti dan melihatku sambil tersenyum misterius.
“Hmm..kamu menyukainya bukan? Ya kan, setan cilik?”
Mukaku bersemu merah, tapi terlalu takut untuk berbicara, tubuhku bergetar hebat. Erik melepaskan kemejanya dan celananya, masih memkamungiku. Aku terlalu malu untuk memkamung wajahnya.
“Aku rasa, kamu sudah siap untuk permainan selanjutnya..”
Erik tertawa kecil, sedikit kemarahan masih tersisa pada dirinya. Erik kembali menciumiku, kali ini dia meremas payudaraku sambil menghisapnya.
“Hhh..!!”
“Tidak apa-apa..kalau Erik..tidak apa-apa.” pikirku.
Aku memejamkan mataku erat-erat ketika Erik mulai memasukkan ‘senjata’nya ke dalam diriku.
“Emm..” aku tidak berani bilang kalau aku merasa sakit.
Erik mulai tidak sabar, dan dia memasukkannya dengan kasar.
“Aaahh..!!”
Aku menjerit dan mulai menangis lagi. ‘Senjata’nya sudah memasuki diriku seutuhnya dan sakit yang kurasakan itu sedikit aneh, ada kenikmatan di dalamnya. Aku mulai sedikit meronta sambil berteriak. Tapi Erik menahanku dengan kuat. Erik menciumi diriku yang bergetar hebat dengan sedikit paksa. Bosan dengan posisinya, Erik membalikkan posisi tubuhku menjadi telungkup.
“Erriik..!! tidaak!!” aku sangat malu melakukan posisi itu.
Tetapi Erik tidak peduli dan melanjutkan kembali permainannya. Setiap kali tubuh Erik menghentak, aku menjerit sekeras-kerasnya. Erik melakukan gerakan menghentak itu secara teratur, dan tiba-tiba aku merasakan getaran yang sangat hebat dalam diriku, aku merasakan ‘liang’ku
menyempit karena otot-otot di tubuhku menjadi tegang. Aku pun berteriak lebih keras dari sebelumnya.
“Ohh..Maria.”
Aku merasakan tangan Erik meremas pinggulku dengan kuat. Tubuh Erik mengejang, dan cairan deras pun mengalir dari ‘liang’ku. Aku mendesah panjang. Tubuhku masih bergetar. Erik masih menindihku dan mulai menciumi punggungku.
“Hhhmm.. pilihanku memang selalu tepat”, gumamnya.
Aku memilih untuk diam. Erik bergeser ke sampingku. Dia memkamungiku yang masih berlinang air mata. Tersenyum Erik mengecup kepalaku sambil mengelusnya.
“Maria, kamu adalah milikku seorang.. tidak ada satupun yang boleh menyentuhmu tanpa seizin-ku.”
Erik memeluk tubuhku yang kecil dengan erat.
“Ya Erik..aku adalah milikmu. Aku akan melakukan apa saja yang kau perintahkan, asal kau tidak membenciku.” Aku masih terisak.
“Anak bodoh.. Aku tidak akan pernah membencimu Maria..”
Pelukan Erik semakin erat. Mukaku terasa panas. Dan aku segera membenamkan diriku ke dalam pelukan Erik.
“Terima kasih..Erik.”

CERITA SEKS | PERAWANKU DI AMBIL OLEH KAPTEN KAPAL LAUT




Perkenalkan namaku Dhima aku keturunan Manado, aku merupakan salah satu perempuan dari 6 saudara, adek adekku cowok semua, sedangkan aku anak pertama, aku lulusan tamatan SMA, kehidupan ekonomi dikeluargaku sungguh menyedihkan, ayahku pensiunan pegawai negeri sipil golongan II sedangkan ibuku seorang ibu rumahtangga yang tidak mempunyai keahlian khusus.

Aku berkeinginan unutk membantu orangtuaku dengan cara bekerja, tapi karena lulusanku hanyalan tamatan SMA saya rasa sulit mendapatkan pekerjaan di era zaman sekarang, laalu aku berfikir untuk pergi ke Jakarta, disana aku teringat dengan temanku yang bernama Lisa dengar denganr dia sukses sekrang tinggal di Jakarta.

Dahulu kehidupan keluarga Lisa tidak jauh berbeda dengan keadaan keluargaku, pas-pasan. Tapi sejak Lisa merantau ke Jakarta, ekonomi keluarganya makin lama makin berubah.

Bangunan rumah Lisa kini sudah permanen, isi perabotnya serba baru, dari kursi tamu, tempat tidur semuanya mewah, juga TV 29″ antena parabola dan VCD mereka miliki. Aku ingin seperti Lisa, toh dia juga hanya tamatan SMA.

Kalau dia bisa kenapa aku tidak? Aku harus optimis. Pada suatu hari di bulan September, tahun 1998 aku pamit kepada keluargaku untuk merantau ke Jakarta. Meskipun berat papa dan mama merelakan kepergianku.

Dengan bekal uang Rp 75.000 dan tiket kelas Ekonomi hasil hutang papaku di kantor, aku akhirnya meninggalkan desa tercinta di Kawanua. Dari desa aku menuju pelabuhan Bitung, aku harus sudah sampai di pelabuhan sebelum pukul 6 sore karena KM Ciremai jurusan Tg.Priok berangkat jam 19:00 WIT, waktu satu jam tentu cukup untuk mencari tempat yang nyaman.

Karena tiketku tidak mencantumkan nomor seat, maklum kelas ekonomi, aku berharap mendapat lapak untuk menggelar tikar ukuran badanku. Tapi sial, angkutan yang menuju pelabuhan begitu terlambat, pada waktu itu jam sudah menunjuk pukul 18:45.

Waktuku hanya 15 menit. Ternyata KM.Ciremai sudah berlabuh, aku melihat hiruk pikuk penumpang berebut menaiki tangga, aku tergolong calon penumpang yang terakhir, dengan sisa-sisa tenagaku, aku berusaha lari menuju KM.Ciremai, aku hanya menggendong tas punggung yang berisi pakaian 3 potong. Aku sudah berada di dek kapal kelas ekonomi, tapi hampir semua ruangan sudah penuh oleh para penumpang.

Keringat membasahi seluruh tubuhku, ruangan begitu terasa pengap oleh nafas-nafas manusia yang bejibun. Aku hanya bisa berdiri di depan sebuah kamar yang bertuliskan Crew, di sekitarku terdapat seorang Ibu tua bersama 2 orang anak laki-laki usia sekolah dasar.

Mereka tiduran di emperan tapi kelihatannya mereka cukup berbahagia karena dapat selonjoran. Aku berusaha mencari celah ruang untuk dapat jongkok. Aku bersyukur, Ibu Tua itu rupanya berbaik hati karena bersedia menggeserkan kakinya, kini aku dapat duduk, tapi sampai kapan aku duduk kuat dengan cara duduk begini.

Sedangkan perjalanan memakan waktu 2 hari 2 malam. Tidak lama kemudian KM.Ciremai berangkat meninggalkan pelabuhan Bitung, hatiku sedikit lega, dan aku berdoa semoga perjalanku ini akan mengubah nasib.

Tak sadar aku tertidur, aku sedikit terkejut sewaktu petugas menanyakan tiket, aku ingat tiketku ada di dalam tas punggungku. Tapi apa lacur, tasku raib entah dimana, aku panik, aku berusaha mencari dan bertanya kepada Ibu tua dan anak laki-lakinya, tapi mereka hanya menggelengkan kepala.

"Cepat keluarkan tiketmu..” ujar seorang petugas sedikit menghardik.

“Aku kehilangan tas, tiket dan uangku ada di situ.” jawabku dengan sedih.

“Hah, bohong kamu, itu alasan kuno, bilang aja kamu tak membeli tiket, Ayo ikut kami ke atas,” bentak petugas yang bertampang sangar.

Akhirnya aku dibawa ke dek atas dan dihadapkan kepada atasan petugas tiket tadi.

“Oh.. ini orangnya, berani-beraninya kamu naik kapal tanpa tiket,” kata sang atasan tadi.

“Tiketku hilang bersama pakaianku yang ada di tas, saya tidak bohong Pak, tapi benar-benar hilang..”

“Bah itu sih alasan klasik Non, sudah ratusan orang yang minta dikasihani dengan membuat alasan itu.” ucapnya lagi.

“Kalau Bapak tak percaya ya sudah, sekarang aku dihukum apapun akan aku lakukan, yang penting aku sampai di Jakarta.”

“Bagus, itu jawaban yang aku tunggu-tunggu..” ujar lelaki berseragam putih-putih itu.

Kalau kutaksir mungkin lelaki tersebut baru berusia 45 tahun, tapi masih tegap dan atletis, hanya kumis dan rambutnya yang menonjolkan ketuaannya karena agak beruban.

“Tapi ingat kamu sudah berjanji, akan melakukan apa saja..” ujar lelaki itu, seraya menunjukkan jarinya ke jidatku.

“Sekarang kamu mandi, biar tidak bau, tuh handuknya dan di sana kamar mandinya..” sambil menunjuk ke arah kiri.

Betapa girang hatiku, diperlakukan seperti itu, aku tidak menyangka lelaki itu ternyata baik juga. Betapa segarnya nanti setelah aku mandi.

“Terima kasih Pak,” ujarku seraya memberanikan diri untuk menatap wajahnya, ternyata ganteng juga.

“Jangan panggil Pak, panggil aku Kapten..” tegasnya.

Aku sempat membaca namanya yang tertera di baju putihnya. “Kapten Jonny” itulah namanya. Aku sekarang sudah berada di kamar mandi.

“Wah, betapa wanginya tuh kamar mandi,” gumamku nyaris tak terdengar.

Kunyalakan showernya maka muncratlah air segar membasahi tubuhku yang mulus ini, kugosok-gosokan badanku dengan sabun, kuraih shampo untuk mencuci rambutku yang sempat lengket karena keringat.

Sepuluh menit kemudian aku keluar dari kamar mandi, aku bingung untuk bersalin pakaian, aku harus bilang apa kepada Sang Kapten.

“Wah cantik juga kamu,” tiba-tiba suara itu mengejutkan diriku.

Dan yang lebih mengejutkan adalah pelukan Sang Kapten dari arah belakang. Aku hanya terdiam,

“Siapa namamu, Sayang?” bisiknya mesra.

“Dhima..” jawabku lirih.

Aku tidak berusaha berontak, karena aku ingat akan janjiku tadi. Karena aku diam tak berreaksi, maka tangan Sang Kapten makin berani saja menjelajahi dadaku dan menciumi leher serta telingaku.

Aku menggelinjang, entah geli atau terangsang, yang pasti sampai usiaku 19 tahun aku belum pernah merasakan sentuhan lelaki. Bukannya tidak ada lelaki yang naksir padaku, ini karena sikapku yang tidak mau berpacaran.

Banyak teman sekelas yang berusaha mendekatiku, selain lumayan cantik, aku juga tergolong pandai, makanya aku mendapat beasiswa. Maka tak heran banyak lelaki di sekolahku yang berusaha memacariku, tapi aku cuek, alias tidak merespon.

“Ooohh.. jangan Kapten.” hanya kata-kata itu yang keluar dari mulutku ketika pria separuh baya itu menyentuh barang yang amat berharga bagi wanita, bulu-bulu lembut yang tumbuh di sekitar vaginaku dielusnya dengan lembut, sementara handuk yang melekat di tubuhku sudah jatuh ke lantai.

Dan aku pun tahu bahwa lelaki ini sudah bertelanjang bulat. Aku merasakan benda kenyal yang mengeras menyentuh pantatku, nafas hangat dan wangi yang memburu terus menjelajahi punggungku, tangannya yang tadi mengelus vaginaku sekarang meremas-remas kedua payudaraku yang ranum, ini membuat dadaku membusung dan mengeras.

Aku tak percaya, tangan lelaki ini seolah mengandung magnet, karena mampu membangkitkan gairah yang tak pernah kurasakan seumur hidupku.

“Ooohh.. aahh..” hanya desahan panjang yang dapat kuekspresikan bahwa diriku berada dalam libido yang betul-betul mengasyikan.

“Dhima kau betul-betul lugu, pegang dong batangku,” kata Kapten Jonny, seraya meraih tanganku dan menempelkannya ke batang zakarnya yang keras tapi kenyal.

“Jangan diam saja, remaslah, biar kita sama-sama enak..” ujarnya lagi.

Akhirnya walaupun aku sebelumnya tidak pernah melakukan senggama, naluriku seolah membimbing apa yang harus kuperbuat apabila bercumbu dengan seorang laki-laki. Akhirnya aku berbalik, kuraih batang kemaluannya kuremas dan kukocok-kocok, sampai kumainkan biji pelirnya yang licin.

Sang Kapten mendesah-desah,

“Ooohh.. aachh.. enak sekali Sayang, teruskan.. oh teruskan..” sambil matanya terpejam-pejam.

Aku jongkok, tanpa ragu kujilat dan kukulum torpedo Sang kapten, sampai terbenam ke tenggorokanku.

Aku benar-benar menikmatinya seperti menikmati es Jolly kesukaanku di waktu kecil dulu. Aku tak peduli erangannya, kusedot, kusedot dan kusedot terus, sampai akhirnya zakar Sang Kapten yang panjangnya hampir 12 centi itu memuncratkan cairan hangat ke mulutku yang mungil.

“Aaahh.. aku sudah tak kuat Dhima,” gumamnya.

Betapa nikmatnya cairan spermanya, sampai tak sadar aku telah menelan habis tanpa tersisa, ini membuat seolah Sang Kapten tak mampu untuk tegak berdiri.

Dia bersandar di dinding kapal apalagi gerakan kapal sekarang ini sudah tak beraturan kadang bergoyang kekiri kadang kekanan.

“Kamu betul-betul hebat Dhima,” puji Kapten Jonny sambil mencium bibirku.

“Dhima jangan kau anggap aku sudah kalah, tunggu sebentar..” Dia bergegas menuju lemari kecil, lantas mengambil sesuatu dari botol kecil dan menelannya lantas membuka kulkas dan mengambil botol minuman sejenis Kratingdaeng.

“Sini Sayang..” ujar sang kapten memanggilku mesra.

“Istirahat dulu kita sebentar, ambillah minuman di kulkas untukmu,” lanjut Kapten Jonny.

Kubuka kulkas dan kuraih botol kecil seperti yang diminum Kapten Jonny. Aku meminumnya sedikit demi sedikit,

“Ooohh.. sedap sekali minuman ini.. aku tak pernah merasakan betapa enaknya.. minuman apa ini.” Ternyata label minuman ini tertulis huruf-huruf yang aku tak paham, mungkin aksara China, mungkin Jepang mungkin juga Korea.

Ah persetan.. yang penting tenggorokanku segar.

“Kau berbaringlah di di situ,” pinta Kapten Jonny sambil menunjuk tempat tidurnya yang ukurannya tidak begitu besar.

Kurebahkan tubuhku di atas kasur yang empuk dan membal. Kulihat jam dinding sudah menunjuk pukul 12 malam. Aku heran mataku tak merasa ngantuk, padahal biasanya aku sudah tidur sebelum pukul 22:00.

Aku sengaja tidak menggunakan selimut untuk menutupi tubuhku, kubiarkan begitu saja tubuhku yang polos, barangkali ini akan membangkitkan gairah libido Sang Kapten yang tadi sudah down.

Aku berharap semoga Sang Kapten akan terangsang melihat dadaku yang sengaja kuremas-remas sendiri. Sang Kapten sudah bangkit dari kursi santainya, dia menenggak sebotol lagi minuman sejenis Kratindaeng.

Dia sudah berada di tepi ranjang, sekarang dia mulai mengelus-elus kakiku dari ujung jari merambat ke atas dan berhenti lama-lama di pahaku, mengusap-usap dan menjilatinya, dan sekarang lidahnya sudah berada di mulut vaginaku.

“Ooohh.. geli..” Sejurus kemudian lidahnya dijulurkan dan menyapu permukaan bibir vaginaku. Pahaku sengaja kulebarkan, hal ini membuat Sang Kapten bertambah buas dan liar, diseruputnya klitorisku.

“Ooohh.. aahh.. teruskan Kapten, lanjutkan Kapten..

Ooohh.. nikmat sekali Kapten..” Tangannya tidak tinggal diam, diraihnya kedua payudaraku, diremasnya dan tak lupa memelintir putingku dengan mesra.

“Ooohh.. aku sudah tak tahan Kapten..” desisku.

“Tahan Sayang.. tahan sebentar.. biarkan aku menikmati vaginamu yang wangi ini.. aku tak pernah merasakan wanginya vagina dari wanita lain..”

“Sruupp.. sruupp.. sruupp..” Terus saja mulut Kapten Jonny dengan rajinnya menjelajah bagian dalam vaginaku yang sudah empot-empotan ini akibat rangsangan yang amat tinggi.

“Sudah Kapten.. lekas masukkan batang zakarmu, aku sudah tidak tahan..”

“Baik, rasakanlah Sayang.. betapa nikmatnya rudalku ini..”

“Tapi pelan-pelan Kapten, aku benar-benar masih perawan..”

“Oke, aku melakukannya dengan hati-hati..” janji Kapten Jonny.

“Buka lebar pahamu, Dhima..” saran Kapten Jonny.

Dan.. “Blleess..” “Ooohh.. aahh..” desisku, padahal zakar itu baru masuk tiga perempatnya.

“Bles.. bless..” “Ooohh..” erangku panjang, aku tahu batang sepanjang 12 centi itu sudah merusak selaput daraku.

Ditariknya lagi rudalnya, lantas dimasukannya lagi seirama dengan goyangan KM.Ciremai oleh ombak laut.

“Bless.. bless.. bless..”

“Ooohh.. oohh.. oohh.. aahh.. aahh..”

“Aku mau keluar Kapten,” ujarku memberi tahu Kapten Jonny.

“Tahan Sayang.. sebentar.. aku juga ingin keluar, sekarang kita hitung sampai tiga.

Satu.. dua.. tiga..” “Crott.. crott.. crot..” sperma Kapten Jonny membasahi gua gelap vaginaku.

Betapa hangat dan nikmatnya air manimu Jonny. Hal ini memancing cairanku ikut membanjiri kemaluanku sampai meluber ke permukaan.

Kami berdua terkulai lemas, tapi Kapten Jonny sempat meraba bibir kemaluanku dan jarinya seolah mencungkil sesuatu dari vaginaku, ternyata dia menunjukkan cairan merah kepadaku, dan ternyata adalah darah perawanku.

Dijilatnya darah sambil berkata,

“Terima kasih Dhima, kamu betul-betul perawan..” Aku hanya menangis, menangisi kenikmatan yang sama sekali tak kusesalkan.

Aktivitas senggama ini berlangsung kembali sampai matahari muncul. Lantas aku tidur sampai siang, makan, tidur dan malamnya kami melakukannya lagi berulang-ulang seolah tiada bosan.

Akhirnya Pelabuhan Tanjung Priok sudah berada di pelupuk mataku. Sebelum turun dari kapal aku dibelikan baju baru, dan dibekali uang yang cukup. Selamat tinggal Kapten.. selamat tinggal Ciremai... itulah cerita seks dewasaku saat mau pergi ke Jakarta sudah dinodai di awak kapal.